Selasa, 29 Juli 2025 – Harga minyak mentah WTI melanjutkan penguatannya pada perdagangan Selasa, naik sekitar 0,33% ke kisaran $66.93 per barel, setelah menguat lebih dari 2% di sesi sebelumnya. Katalis utama datang dari tercapainya kesepakatan dagang antara AS dan Uni Eropa yang menghindarkan dunia dari potensi perang dagang besar, sekaligus memberi sinyal positif terhadap prospek permintaan energi global. Pasar juga merespons positif kabar bahwa AS dan China kemungkinan memperpanjang gencatan tarif, membuka ruang bagi aktivitas ekonomi yang lebih stabil.
Presiden AS Donald Trump mempercepat tenggat waktu bagi Rusia untuk menghentikan perang di Ukraina menjadi hanya 10-12 hari, jauh lebih singkat dari tenggat awal 50 hari. Jika tidak ada kemajuan, Trump mengancam akan menjatuhkan sanksi sekunder hingga 100% terhadap negara-negara yang tetap membeli energi dari Rusia. Pernyataan ini memicu kekhawatiran pasar akan potensi terganggunya arus minyak Rusia ke pasar global, mengingat skala ekspor Rusia yang signifikan dan keterbatasan kapasitas cadangan produksi dari negara-negara OPEC+.
Meski penguatan Dolar AS bisa menjadi tekanan jangka pendek, pasar tampaknya lebih fokus pada sisi fundamental minyak yang mendukung. Laporan stok minyak AS juga menunjukkan penurunan, sementara produksi menurun 0,8% ke 13,27 juta barel per hari. Di saat yang sama, OPEC+ mulai mendiskusikan potensi jeda kenaikan produksi pada Oktober untuk mencegah kelebihan pasokan. Dengan kombinasi sentimen geopolitik, prospek permintaan yang pulih, dan kebijakan pasokan yang hati-hati, harga minyak mentah berpeluang tetap dalam tren naik dalam jangka pendek.
Melihat dari sudut pandang teknis, harga minyak berpotensi menemui posisi resistance terdekat di level $69 per barel. Namun, apabila menemui katalis negatif maka harga berpotensi turun ke support terdekat di level $62 per barel.
Source : ICDX