Senin, 23 Juni 2025 – Mengawali pembukaan pekan pagi ini harga minyak terpantau bergerak terkoreksi turun menunggu aksi balasan dari Iran pasca bergabungnya AS dengan Israel dalam menyerang fasilitas nuklir Iran pada hari Minggu. Meski demikian, potensi bullish masih cukup kuat melihat dari sinyal eskalasi lebih lanjut konflik Iran dengan Israel dan AS.

Presiden AS Donald Trump melontarkan gagasan untuk melakukan perubahan rezim di Iran, bersamaan dengan bergabungnya AS secara resmi dengan Israel dalam menyerang situs nuklir Fordow milik Teheran pada hari Minggu. Menteri Luar Negeri Abbas Araqchi mengatakan Iran akan mempertimbangkan semua kemungkinan tanggapan, dan menegaskan bahwa tidak akan ada jalan kembali ke jalur diplomasi sampai mereka melakukan pembalasan.

Menanggapi serangan AS pada hari Minggu, parlemen Iran, Majlis, secara resmi telah menyetujui usulan untuk menutup Selat Hormuz, ungkap Esmaeil Kowsari, seorang anggota Majlis. Keputusan untuk memblokade jalur pelayaran utama itu masih belum final dan harus menunggu persetujuan akhir dari Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran. Potensi blokade penuh itu memicu kekhawatiran akan mengganggu keseimbangan pasar energi global karena sekitar 25% pasokan minyak dan 20% konsumsi gas alam dikirim melalui jalur pelayaran Selat Hormuz tersebut.

Kekhawatiran serupa juga disampaikan oleh Goldman Sachs yang pada hari Minggu memperingatkan bahwa harga minyak mentah Brent dapat melonjak hingga mencapai puncaknya pada $110 per barel apabila pengiriman melalui Selat Hormuz dikurangi setengahnya selama sebulan dan tetap turun sebesar 10% selama 11 bulan berikutnya. Bank investasi terkemuka itu juga mengatakan saat ini probabilitas Iran menutup selat Hormuz mencapai 52% dengan mengutip data dari Polymarket.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio pada hari Minggu meminta China untuk ikut mendorong Iran agar tidak menutup Selat Hormuz setelah parlemen Iran menyetujui tindakan blokade tersebut. Rubio juga menambahkan bahwa tindakan penutupan selat itu akan menjadi eskalasi besar-besaran yang akan membutuhkan respons dari AS dan negara-negara lain.

Melihat dari sudut pandang teknis, harga minyak berpotensi menemui posisi resistance terdekat di level $78 per barel. Namun, apabila menemui katalis negatif maka harga berpotensi turun ke support terdekat di level $73 per barel.

 

Source: ICDX